183 SEKOLAH DIBAKAR, JAM MALAM DIBERLAKUKAN
Banda Aceh, Kompas
Suasana Nanggroe Aceh Darussalam yang kondusif di hari pertama
operasi pemulihan keamanan, Selasa (20/5), berubah total. Di tengah
operasi TNI mengejar anggota Gerakan Aceh Merdeka, korban sipil terus
berjatuhan, termasuk tewasnya anggota DPRD Bireuen. Hingga kemarin,
sedikitnya 183 gedung sekolah dibakar di berbagai wilayah terutama di
kawasan paling rawan, yaitu Kabupaten Pidie dan Bireuen.
Di Aceh Besar, dua bangunan milik Masyarakat Perhutani Indonesia
dan PLN di Desa Ajun Jeumpet yang sering dipakai untuk sarana hajatan
juga hangus terbakar. Sementara itu, transportasi antarkota, baik di
Banda Aceh maupun Lhok Seumawe, relatif sepi karena tidak banyak yang
berani melakukan perjalanan ke luar kota.
Pihak TNI dan Polri terus melancarkan gempuran ke semua kawasan
di Aceh yang dicurigai menjadi pusat-pusat konsentrasi Gerakan Aceh
Merdeka (GAM). Lima anggota GAM tewas dan sembilan lainnya tertangkap
Selasa sore.
Gempuran yang dibantu dengan dukungan tank-tank tersebut
diimbangi dengan perubahan strategi dari pihak GAM. Mereka melakukan
strategi mobile atau bergerak terus di antara kawasan permukiman dan
hutan. Tembak-menembak terjadi di hampir semua kawasan rawan.
Menanggapi situasi yang memburuk di Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD), Penguasa Darurat Militer Mayor Jenderal Endang Suwarya
menerapkan jam malam secara terbatas. Hal itu dimulai dari dua
kawasan paling rawan, yaitu Pidie dan Bireuen.
"Jam malam ini dipertimbangkan untuk mencegah tindakan biadab
dari GAM yang melakukan pembakaran sekolah-sekolah. Dengan adanya jam
malam, aparat tidak ragu bertindak. Jam malam akan efektif meredam
kelakuan tidak berperikemanusiaan GAM," kata Endang kepada wartawan
Selasa malam.
Endang yang didampingi Wakil Gubernur NAD Azwar Abubakar
mengungkapkan, perkembangan beberapa daerah NAD sudah sulit
diprediksi.
"Tindakan tidak berperikemanusiaan GAM membuat kami semakin
positif untuk menumpas GAM. Kami sedang melakukan penggeseran pasukan
untuk memburu GAM sampai ke kantong-kantong persembunyiannya," kata
Endang.
GAM telah melakukan penyisiran dan mengambil KTP warga di
beberapa tempat. Aksi ini dilakukan untuk mengaburkan pemeriksaan
TNI/Polri terhadap anggota GAM yang kebanyakan tidak memiliki KTP.
Bila tidak jeli, aparat bisa menganggap orang tidak ber-KTP sebagai
GAM.
"Saya sudah meminta bupati membuat KTP sementara agar aparat
tidak menuding masyarakat yang tidak punya KTP sebagai GAM. Yang
penting ada identitas," ujarnya.
Endang menambahkan, pihaknya juga sedang mencari simpatisan GAM
yang menginginkan pecahnya Negara Kesatuan RI (NKRI). Endang mengakui
telah menangkap tokoh lembaga swadaya masyarakat (LSM) Cut Nurasikin.
"Kami akan selektif dan tidak sembarang menangkapi simpatisan
GAM. Namun, LSM seperti SIRA dan Semur itu sudah jelas GAM. Kami akan
lihat, kalau mereka masih melaksanakan aktivitas, maka kami akan
mengambil sikap," ujar Endang lagi.
Ia juga memperingatkan beberapa penerbitan pers yang dianggapnya
membesarkan GAM. Dia meminta ucapan tokoh GAM seperti Sofyan Dawood
tidak dikutip karena penuh kebohongan.
"Saya berharap wartawan menulis dalam rangka NKRI. Kalau saya
terkesan keras, harap dimaklumi. Sebab, daerah ini sedang sakit dan
saya diberi tanggung jawab membuat daerah ini sehat. Silakan
mengkritik tindakan negatif aparat TNI atau Polri, saya akan
berterima kasih sekali. Namun, saya minta jangan besarkan GAM," ujar
Endang yang berencana menerapkan beberapa aturan bagi pers, termasuk
identitas khusus buat peliputan operasi.
Suasana Banda Aceh pukul 22.00 terlihat mencekam. Kendaraan yang
lalu lalang di pusat kota sangat sedikit dan dapat dihitung dengan
jari. Meskipun demikian, kegiatan di pusat jajanan malam masih ada
walau lebih sepi dibanding hari biasa.
Jalur darat dengan angkutan umum dari Kota Medan ke Kota Lhok
Seumawe normal, walaupun lebih sepi. Beberapa pasar di perbatasan
Sumatera Utara dengan Aceh Tamiang juga normal.
Untuk keamanan, sejumlah truk barang tampak melintas secara
beriringan. Begitu juga truk-truk pengangkut minyak tanah atau bus.
Pembakaran sekolah
Hingga hari kedua pemberlakuan darurat militer, sedikitnya 183
gedung sekolah dibakar di NAD. Demikian data di Dinas Pendidikan
(Diknas) NAD, kemarin.
Aksi pembakaran yang dilakukan di tengah proses ujian akhir ini
menyebabkan ribuan siswa harus menunggu penjadwalan ulang ujian, atau
kegiatan belajar-mengajar dipindahkan ke gedung lain yang
memungkinkan.
Walaupun sebagian sekolah dibakar di tengah kerumunan masyarakat,
tidak seorang pun warga Aceh yang berani menyebut siapa pelaku
pembakaran sekolah-sekolah itu. Sekolah yang dibakar itu dari tingkat
sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah umum (SMU).
Menurut perkiraan Humas Diknas NAD Boestamam Aly, murid yang
telantar mendekati seratus ribu orang.
Dari pengecekan Kompas di beberapa lokasi, rata-rata kebakaran
membuat sekolah lumpuh. Sedangkan sebagian lagi tidak mungkin
beroperasi optimal. Bangunan SD Negeri No 71 Kelurahan Mibo,
Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh, misalnya, hanya tinggal kerangka
saja.
"Saya sudah tidak tahu mau melakukan apa lagi. Sekolah ini pernah
dibakar 2 Juli 2002, kini musnah lagi," ujar Fachriati, Kepala
Sekolah SMU Darul Imarah.
Wakil Kepala Dinas Pendidikan Anas M Adam mengatakan, pihaknya
bekerja keras agar proses belajar-mengajar di sekolah bisa
dilanjutkan. "Diupayakan sesegera mungkin mereka bisa belajar dan
ujian di lokasi lain," katanya.
Menurut Boestamam, sekolah yang paling banyak dibakar adalah di
Kabupaten Bireuen, mencapai 78 gedung. Sementara di Kabupaten Pidie
74 gedung, Aceh Besar 25, Banda Aceh satu, Aceh Jaya dua, dan
Kabupaten Aceh Tamiang satu gedung.
Selain gedung sekolah, pembakaran juga dilakukan terhadap gedung
Masyarakat Perhutanan Indonesia di Desa Ajun, Jeumpet, Aceh Besar.
Ari, seorang saksi mata yang merupakan penjaga gedung itu,
mengungkapkan, pembakaran dilakukan empat lelaki. Mereka memakai
jaket hitam dan tutup kepala. Dua di antaranya membawa senapan laras
panjang AK-47. Ari selamat dari amukan api karena berhasil mengendap-
endap dan melarikan diri saat api belum begitu besar.
Gubernur Aceh Abdullah Puteh dan Panglima TNI Jenderal
Endriartono Sutarto memprihatinkan pembakaran sekolah yang mereka
pastikan dilakukan oleh GAM. Keduanya mengatakan, hancurnya sekolah
akan memperburuk kondisi pendidikan di Aceh.
Abdullah Puteh meminta agar sekolah tidak dijadikan sasaran
karena berakibat buruk bagi generasi muda. "Butuh waktu paling kurang
enam bulan untuk membangun sekolah baru," katanya.
"Tidak mungkin pembakaran dilakukan pemerintah, TNI, atau Polri.
Yang membakar sekolah-sekolah itu sudah pasti GAM. Di sinilah Anda
bisa menilai betapa GAM tidak peduli pada penderitaan lahir batin,
buat anak didik, guru, dan orangtua. Ini akan membuat hilangnya satu
generasi," kata Abdullah Puteh.
Ketika ditanya, apakah ada kemungkinan anggota TNI terlibat,
seperti sering kali dituding oleh GAM, Endriartono justru meminta
wartawan mengecek sendiri ke lapangan. "Silakan lihat saksi-saksi di
lapangan. Kalau saya jawab nanti orang bilang Panglima TNI mana
mungkin menuduh anak buahnya yang melakukan itu. Tanya saksi di
lapangan," katanya.
Sebaliknya seorang juru bicara GAM, Isnandar Alpase, yang
menelepon Kompas mengatakan pihaknya tidak terlibat dalam aksi
pembakaran tersebut. Dia menyebut personel GAM tengah berkonsentrasi
pada titik-titik serbuan operasi militer yang dilancarkan
TNI. "Tanyalah masyarakat, siapa yang membakar," paparnya.
Repotnya, di beberapa sekolah yang dibakar di Aceh Besar, tidak
ada seorang pun anggota masyarakat yang berani menyebut pelaku
pembakaran. Mereka hanya mengatakan tidak tahu jika ditanya wartawan.
Sejauh ini walaupun kasus pembakaran sekolah-sekolah itu bahkan
diliput oleh beberapa stasiun televisi, polisi belum menemukan
tersangka pelakunya.
Abdullah Puteh meminta sesegera mungkin dibangun tenda-tenda
darurat bagi lancarnya proses belajar. Nantinya lokasi itu akan
dikawal aparat keamanan.
Hal senada dikemukakan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat Jusuf Kalla di Jakarta. "Untuk menampung puluhan ribu siswa
yang kehilangan tempat belajar, Pemerintah Provinsi NAD sudah diminta
mendirikan sekolah darurat," ujarnya di Jakarta, Selasa.
Setelah berbicara dengan Menteri Pendidikan Nasional Abdul Malik
Fadjar, Kalla menyatakan, sekolah darurat model school box yang
dibuat Unicef atau class container bisa diterapkan di NAD. "Sesegera
mungkin kami akan bahas ini dalam Rapat Koordinasi Bidang
Kesejahteraan Rakyat minggu ini," katanya.
Soal biaya pembuatan sekolah darurat, Kalla menyatakan tak perlu
dikhawatirkan sebab hal itu harus diupayakan.
Sementara itu, terminal bus antarprovinsi di Banda Aceh hari
Selasa terlihat sepi. Satu bus yang direncanakan berangkat ke Medan
tidak ada penumpang.
Lalu lintas dari Banda Aceh ke Medan hari Selasa terganggu di
beberapa titik.
Sementara itu, di antara korban-korban rakyat sipil yang
berjatuhan, dalam konlfik ini, seorang lagi anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) di NAD ditembak mati. Jamaluddin Hasany (63)
ditemukan tewas dengan luka tembak di tubuhnya, di sawah Desa Geudong
Alue, tidak jauh dari Kota Bireuen.
Bupati Bireuen Mustafa A Glanggang mengatakan, relawan Palang
Merah Indonesia Bireuen mengevakuasi korban ke Rumah Sakit dr
Fauziah. "Kami prihatin dan berharap tidak ada lagi kasus serupa di
masa mendatang," katanya. (BUR/SMN/JOS/B03/tri/NJ/SAH)
Foto:
Kompas/Danu Kusworo
SELAMATKAN BARANG--Warga berupaya menyelamatkan barang-barang
miliknya saat sebuah gedung sekolah dasar dan rumah di Geulanggang
Teungoh, Jeumpa, Bireuen, Selasa (20/5), dibakar orang tak dikenal.
Memasuki hari kedua operasi pemulihan keamanan di Nanggroe Aceh
Darussalam, tercatat 183 gedung sekolah dibakar orang tak dikenal.
Akibatnya, hampir 100.000 siswa telantar proses pendidikannya.
Image:
Hari Kedua Operasi Pemulihan Keamanan
KOMPAS – Rabu, 21 May 2003 Halaman: 1 Penulis: bur; smn; jos; b03; tri; nj; sah Ukuran: 10389 Foto: 1